.

.
"The stars shall fade away, the sun himself grow dim with age, and nature sink in years, but thou shalt flourish in immortal youth."

Friday, March 9, 2012

ALTEREGO SI KELINCI KECIL


tire swing and the caterpillar


Bayangkan aku berada di sebuah hutan pinus. Tanah basah,--entah karena hujan atau memang kelembaban yang ada di hutan itu selalu membuatnya basah-- tertutup sebagian oleh daun-daun kering, suara-suara asing yang seakan-akan mengajakku untuk mencari keberadaannya. 

Laki-laki itu berada di salah satu sudut hutan pinus yang cukup luas ini. Bersandar di salah satu batang pohon, kedua pahanya menopang selembar papan yang menjadi alas untuk selembar kertas gambar bertekstur berwarna coklat krem muda di atasnya. Laki-laki itu sedang asyik menggoreskan sebuah pensil mekaniknya yang pelan-pelan kemudian membentuk sebuah karakter gambar. Kelinci kecil yang terlihat murung, dari kepalanya muncul sebatang pohon yang menjulangkan ribuan daun daun. Kelinci kecil murung yang memegang sebongkah jantung yang terikat.



Harmoni
"Dia lucu, imut dan cantik" katanya sewaktu aku bertanya kenapa ia selalu menggambar kelinci.
"Sesederhana itu?" tanyaku lagi. Laki-laki itu tersenyum.
"Bagi Saya, kelinci adalah hewan yang menyimbolkan Kesenian"
"Sensitif terhadap keindahan, kenyamanan dan menyukai rahasia meski terkadang kelinci kadang murung dan masa bodoh"
"Kelinci membenci keputusan, kekerasan, kritik, ketidak-rapian dan hal yang kotor"
"Sesuai dengan karakter saya, jadi gambar kelinci yang ada di dalam karya saya sebenarnya adalah saya sendiri, alter ego saya"

Aku melihat-lihat kembali gambar-gambarnya yang tergolek rapi di folder kertasnya. ada sekitar sepuluh lembar. Sepuluh lembar cerita pribadinya yang ia tuangkan lewat seekor kelinci kecil yang murung.
Aku dan teman-temannya biasa memanggilnya Bori. Ia terlahir dengan nama Roby Dwi Antono di Ambarawa, sebuah kota kecil terletak di jalur jalan raya antara Semarang dan Magelang, Jawa Tengah.
Bori menghabiskan masa kecil di Ambarawa sampai menginjak sekolah menengah ia melanjutkan studinya ke SMK Grafika di Semarang.
"Di sana saya banyak belajar dan diajarkan dasar-dasar seni rupa. Bertemu dengan orang-orang , teman-teman, dan guru yang selalu membuat saya ingin terus belajar tentang seni"

"Kenapa kamu memilih dunia ini?" tanyaku. Ia berhenti mengguratkan pensilnya. kemudian melihat kelinci putih yang sedang memakan sebuah wortel kecil di salah satu sudut pohon.
"Saya tidak tahu pasti kenapa dunia ini yang saya pilih, namun yang pasti saya sangat menyukai dan menikmati dunia ini. Saya merasa sangat nyaman, apalagi ketika karya-karya saya dapat menimbulkan perasaan dan emosi, orang-orang yang menikmati karya saya merasa masuk ke dalamnya, terbawa emosi dan kemudian memberikan apresiasi"
"Bagiku sangat menyenangkan ketika karya saya dapat berbicara tentang apa yang saya alami, karena saya ini tidak pandai 'berbicara' atau bercerita"

Aku lumayan mengamati perkembangan karakter gambar seorang Bori. Dari gambar arsiran hitam putih, gambar watercolor dengan warna yang mencolok seperti warna permen sampai karya yang sekarang, akhirnya ia menemukan karakter yang benar-benar cocok untuknya.
"Ya, saya benar-benar menikmati karakter gambar saya saat ini"

"Siapa sih yang berpengaruh dalam kamu berkarya, Bor?"
"Semua orang yang ada di sekitar saya" jawabnya singkat. Kemudian ia mulai menjelaskan.
"Teman-teman saya, keluarga saya adalah berpengaruh dalam proses berkarya saya. Mereka adalah sosok yang hebat dan menginspirasi. Banyak hal yang saya pelajari dari mereka.
Namun jika berbicara soal sosok yang menginfluence saya dalam berkarya adalah beberapa artist pop surealis. Mereka adalah Mark Ryden, Marion Peck, Nicoletta Ceccoli, Ray Caesar, Jana Brike, Dilka Bear dan masih banyak lagi. Mereka semua adalah orang-orang mengagumkan menurut saya".

"Apa mimpimu, Bor?"
Ia menerawang. Tatapannya dibuang ke langit. Memperhatikan ujung-ujung pohon pinus yang seakan hendak mencengkram langit yang berawan saat ini.
"Jika ditanya mimpi, pastinya banyak sekali mimpi saya. Namun saya selalu bermimpi untuk bisa menjadi seniman yang 'baik' .

Suara-suara aneh itu makin terasa. Mungkin hutan ini ingin berkata hari akan segera gelap. Bori pun sudah membereskan perlengkapannya. Kelinci-kelinci yang berkeliarantadi sudah hilang entah kemana. Mungkin kembali ke sarangnya dan beristirahat atau bersembunyi.
Malam ini sepertinya akan turun hujan dan membuat tanah semakin basah.

...
2012

*tulisan ini dimuat di fur free edition#5

1 comment: