Short Story by Rifdaa Amalia Illustration by Roby Dwi Antono
Semua hal di dunia ini pasti memiliki alasan mengapa ia bisa ada di dunia ini, dan mengapa hal itu ada seperti apa adanya saat ini. Aku yakin itu, karena sekarang aku tahu alasan keberadaanku. Tak banyak makhluk yang bisa mengetahui alasan keberadaannya di dunia ini, menurutku hanya orang beruntung saja yang tahu. Bahkan seekor nyamuk penghisap darahpun punya alasan atas keberadaannya, walaupun alasan itu mungkin hanya untuk meneruskan kehidupan para cicak.
Bukan pengorbanan, tapi alasan.
Seperti halnya aku, aku yang menjadi ’ada’ atas pengorbanan ratusan hingga
ribuan pohon yang mungkin sebenarnya lebih dibutuhkan oleh kota ini, atas
pengorbanan puluhan hingga ratusan rumah-rumah warga yang harus rata dengan
tanah karena keberadaanku. Keberadaanku adalah alasan ketiadaan mereka.
Aku adalah keabsurdan alam semesta.
Tak ada akal yang bisa menerima aku ini berpikir. Padalah aku tak lain halnya dengan kau dan mereka,
aku ini lah sang penyerap memori. Sebut saja lah aku ini kabel nomor 19 di
jembatan pasupati, toh tidak ada yang tahu juga selama ini berapa jumlah kabel
di jembatan yang hampir tiap hari mereka lewati ini.