Cerita sangat pendek oleh Kanya K, Drawing oleh Pondra Gilang
“Siapa dirimu? Ceritakan lebih lanjut mengenai dirimu.”
Nahas, memalukan. Bahkan siapa dirikupun aku tak tahu, berapa mukaku pun tak dapat dihitung. Karena semenjak hari itu, aku kehilangan jati diriku. Dan sekarang, ketika ku ditanya oleh seorang interviewer untuk memasuki suatu lapangan pekerjaan, apa hasilnya? Nihil, aku tak tahu harus menjawab apa. Sangat memalukan, wahai teman-teman sekalian! Namun setelah aku menghabiskan waktu beberapa saat, aku mulai berani berbicara.
Nahas, memalukan. Bahkan siapa dirikupun aku tak tahu, berapa mukaku pun tak dapat dihitung. Karena semenjak hari itu, aku kehilangan jati diriku. Dan sekarang, ketika ku ditanya oleh seorang interviewer untuk memasuki suatu lapangan pekerjaan, apa hasilnya? Nihil, aku tak tahu harus menjawab apa. Sangat memalukan, wahai teman-teman sekalian! Namun setelah aku menghabiskan waktu beberapa saat, aku mulai berani berbicara.
“Diri saya? Saya batu, batu apung.” Pernyataan ini sempat menghasilkan kerutan di dahi bapak tua. Memang, pasti membingungkan, namun itu adanya, aku adalah sebuah batu apung. “Saya melihat diri saya sebagai sebuah batu apung. Padat dan berdinding gelas,” makin sukses menerbitkan rautan muka bapak itu menjadi jauh lebih bingung.
“Silahkan, ceritakan lebih lanjut…” ujar Bapak itu, lalu ia berdiam diri dan membiarkanku bercerita.
“Silahkan, ceritakan lebih lanjut…” ujar Bapak itu, lalu ia berdiam diri dan membiarkanku bercerita.