Short Story by Andreas Anex, Photography by Rukii Naraya
Pertengakaran ini bukan yang
pertama bagi kami. Suamiku selalu tak dapat menerima ungkapan cintaku padanya.
Bagiku ia hanya belum mengerti.
Malam ini mungkin puncak kengambekkannya. Dengan lembut ia menyingkirkan tubuhku ke sampingnya
setelah ia bertanya apakah aku mencintainya, dan aku jawab terserah padamu.
Setelah kata-kata itu ia memunggungiku di tempat tidur. Kami tidak jadi
bercinta. Aku heran,
“Tidakkah kata terserah yang
selalu kuucapkan membuatmu merasa istimewa?”
“Tidak sama sekali.” katanya
sambil menepis belaianku di wajahnya. Aku berusaha membalikkan dengan lembut
wajahnya ke arahku.
“mengapa?”
“Karena kau selalu bilang
terserah, begitu juga saat ku tanya apakah kau cinta padaku.” Ia berbicara
dengan nada yang berat, namun aneh, bagiku terdengar seperti ambekkan anak kecil yang kehilangan
permen di ujung mulutnya. Aku berusaha untuk tetap merayunya.