article by Devina Martha Safira
“Kita mau
nunjukin kalo kita bisa bikin acara kaya Komunikasi yang dulu-dulu, acaranya
banyak. Kita nggak cuma bisa kuliah, ngerjain tugas dan nongkrong-nongkrong
doang. Kita bisa bikin acara.”
Di depan gedung B FISIP Unair, saya bersama tiga lelaki
yang memiliki andil penting dalam terselenggaranya acara ini. Kami memilih
tempat di teras yang letaknya tidak terlalu jauh tetapi tidak terlalu terganggu
oleh hingar bingar musik yang sedang dimainkan di halaman Laboratorium Audio
Visual FISIP. Sebut saja mereka Arif, Taufiq dan Dimas. Tiga lelaki yang
penampilannya layaknya pemuda pada umumnya dan sedang menempuh pendidikan di
Jurusan Komunikasi FISIP UNAIR.
“TDK // YDS itu singkatan dari They Don’t Know If You
Don’t Show. Kita disini mau nunjukin kalau orang-orang nggak bakalan tahu kalau
kita nggak nunjukin apa yang kita punya”, jelas Arif, pertama kali.
“Komunikasi sekarang minim banget acaranya, beda sama
Komunikasi yang dulu-dulu. Senior-senior kita juga ngerasa kaya gitu. Makanya
kita bikin acara ini”, Taufiq pun ikut berbicara.
“Iya, masa kuliah isinya cuma ngerjain tugas sama
nongkrong-nongkrong main game gitu. Kita kepingin bikin acara yang merujuk ke
jurusan Komunikasi itu sendiri”, sambung Dimas.
Ya, They Don’t Know if You Don’t Show merupakan sebuah
nama pameran yang diberikan oleh ketiga lelaki tersebut yang merupakan sebuah
penjelmaan dari tema besar mereka, Show What You Got. TDK // YDS merupakan
sebuah acara untuk menunjukkan bahwa jurusan Komunikasi dapat menghasilkan
sebuah acara serta sebagai wadah untuk menunjukkan apa saja yang dimiliki oleh
jurusan Komunikasi.
Acara ini juga menjadi sebuah contoh besar untuk
angkatan-angkatan selanjutnya untuk terus berkembang. Mengembangkan kreatifitas
mereka agar menghasilkan sebuah acara untuk jurusan mereka sendiri. Tidak hanya
diam dan berhenti seperti jurusan Komunikasi sebelumnya, yang dirasa minim
acara.
Dimulai pada hari Senin hingga Rabu (12-14 Desember 2011)
acara ini tidak hanya memamerkan fotografi saja. Movie screening, music
performance, design, videography, art bahkan stand up comedy pun ikut andil
dalam acara ini. Antusiasme yang terlihat pada acara ini cukuplah tinggi,
terutama dari jurusan Komunikasi itu sendiri. Acara ini pun menjadi salah satu
sarana untuk mengumpulkan kembali semua mahasiswa di jurusan Komunikasi.
Walaupun acara ini terlihat lancar, beberapa kendala pun sempat dialami oleh
ketiga lelaki ini, terutama ketika hari pertama.
“Jadi ya, waktu
hari pertama, listrik di gedung B sini sempat mati”, cerita Taufiq.
Hal yang menarik ketika saya menanyakan mengapa hanya
mereka bertiga dan tidak mencoba mengajak yang lain, mereka lantas menjawab,”Soalnya
kita bertiga ini yang ‘panas’. Jadi, kita ‘manas-manasin’ anak-anak lewat acara
ini dulu biar mereka ikutan ‘panas’ dan berpikiran untuk bikin acara buat
Komunikasi ke depannya. ”
Menariknya, acara ini tidak disusun seperti acara jurusan
pada umumnya. Jika biasanya acara jurusan memiliki kepanitiaan yang terstruktur
tetapi mereka tidak. Semua konsep acara hingga dana mereka bertiga sendiri yang
mengusahakan.
“Yah, kita ditawarin sih dana tapi nggak lah, kita usaha
sendiri dulu aja”, jawab Taufiq.
Semakin sore, halaman Laboratorium Audio Visual pun
semakin padat. Ada yang menuju pada sebuah mesin fotocopy yang di display sebagai tempat stiker, melihat
foto-foto yang sedang dipamerkan, menunggu film screening sembari menikmati
alunan musik yang dibawakan oleh sebuah band pada sore itu. Lalu, apa harapan
mereka?
“Acara-acara seperti ini terus berlanjut.”
“Kita terbuka buat semua jurusan lain yang mau
berkontribusi di acara kita.”
“Kita mau lanjutin TDK // YDS ini. Kita sudah ada rencana
untuk TDK // YDS yang kedua yang rencananya akan muncul setiap dua bulan
sekali.”
No comments:
Post a Comment