.

.
"The stars shall fade away, the sun himself grow dim with age, and nature sink in years, but thou shalt flourish in immortal youth."

Wednesday, November 30, 2011

ANISA DHANIAPRIANTY

by Rukii Naraya


“Saya suka variasi. Banyak faktor yang mempengaruhi saya dalam hidup ataupun berkarya.
Lebih tepatnya apa saja yang saya temui, saya lihat, saya baca, saya rasakan, dapat memberikan pengaruh dalam hidup dan karya saya. Tapi jelas porsi nya berbeda-beda. Keluarga adalah pengaruh terbesar di hidup saya,terutama karena saya lahir dari keluarga dengan darah seni yang cukup kental.”
Perempuan ini mulai bercerita, ketika aku bertanya tentang apa yang mempengaruhi dirinya dalam berkarya.
Kami berada di sebuah kafe kecil yang sedang terguyur hujan sore ini. 

“ when i was a kid, i'm like other kids ; Normal but with our own issues as a kid. “
“Saya suka main Barbie tapi juga suka nyari ikan di got. Saya supel, tapi juga tempramen.
Saya punya banyak temen di dunia nyata, but i love to create my own imaginary friends and pretending that i have a supernatural power.”

 “Saya sudah akrab dengan seni lukis, seni tari, seni teater sejak saya TK. Kemudian fotografi, saya berkenalan dengannya sejak awal kuliah di Malaysia 3 tahun yang lalu.”
 “I love taking pictures. Terutama candid photo. Tapi awal saya mulai melirik dunia fotografi lebih dalam itu karena lingkungan saya waktu itu sangat menyukai fotografi. Jadi anggap saja awalnya karena latah. hehhehe.”
“Kamu nyaman?”
“I think comfortable is the word that i'm trying to avoid. Because if i feel comfortable, means it's not interesting anymore.”
“Yang membuat saya tertarik dengan fotografi itu bukan karena nyaman tapi karena menurut saya fotografi itu challenging.”
“Apalagi saya mempelajari fotografi secara otodidak. Jadi selalu ada hal-hal baru yang bisa saya explore tentang dunia ini.”

“Apa rasanya?”
“Saat kita melakukan sesuatu yang kita suka, itu seperti menonton film thriller yang keren. Kita fokus, deg-degan, tapi menikmati. Dan ketika selesai, ada euphoria tersendiri yang bikin perasaan senang.”

Anisa Dhaniaprianty, saya bertemu dengannya untuk pertama kali adalah lewat sebuah situs deviantart beberapa tahun yang lalu. Buat saya dia salah satu orang yang membuat saya jadi menyukai fotografi.  Dan kemudian saya menemukan sosok Anisa yang lain. Dia seorang entrepreneur dan juga seorang musisi.
I love art. I love business. I love traveling. I love to try new things. I love something weird/unusual/unique ,you named it.
I hate routine. i hate cockroach. I hate lazy-ass people. I hate liars. I hate Syahrini's fake eyelashes. (okay, we gone too far. LOL.
 
)”
Selepas lulus sekolah, ia melanjutkan studi ke Limkokwing University Malaysia ambil jurusan Business Entrepreneurship. Saat ini ia sedang menekuni 2 bisnisnya, bisnis kuliner dan sebuah creative house di Jakarta.
“Mungkin belum terlalu banyak yang bisa diceritakan dari kota ini, saya lebih banyak cerita ketika saya menempuh kuliah saya di Malaysia”
“Disanalah yang menurut saya sangat berpengaruh dalam hidup saya. Disitu saya belajar untuk hidup mandiri. Tinggal di negara orang dengan lingkungan universitas international. Isinya bukan cuma melayu, tapi ketemu dengan macam-macam manusia dengan , ras, negara, custom, dan tingkah yang berbeda-beda.”



“Apa yang ingin kamu ceritakan dari karyamu?’ 
“Depends. Kadang-kadang malah tidak ada cerita tertentu yang ingin saya sampaikan.
If i want to shoot or draw or write , i just do it. No purpose, no story. All i know is i love what i do, and i do what i love. That's the only story.”
“Karya ini?”
“Its about hypocrisy in my social life. Like fake status, fake friend, fake love, fake life… di foto terakhir itu yg megang kepala, itu gw mau nunjukin, at the end being fake it's just another form of insecurity. Fake people actually hate themselves.”
“Mereka tidak bisa berbesar hati dengan kelebihan org lain. And that's how they choose to be fake.”

Ada semacam emosi yang tersembunyi ketika ia bercerita tentang hal ini.
Yah, semakin kita menjalani hidup akan semakin banyak pengalaman yang bisa menjadi bahan renungan dan inspirasi kita berkarya.
Kopi dicangkir saya sudah hampir habis. Saya mematikkan korek api, kemudian sebatang rokok terbakar, melepasbebaskan asap yang kemudian perlahan lenyap.
Dia sejenak memeriksa handphone-nya, membalas sebuah pesan singkat.

“Saya melihat kamu lebih sering  memotret fashion..fashion bagimu apa?”
“Fashion for me is about being comfortable with yourself, translating self-esteem into a personal style.
But if you questioning the fashion industry and fashion trends, i don't really pay attention to those. 
konsep foto yang kuat dan ekspresi model adalah kunci dari sebuah foto yang bercerita. Dan lagi, passion, passion dan passion…”

Seorang lelaki menaiki panggung kecil disudut café ini. Kemudian ia memainkan sebuah komposisi lagu yang cukup mengisi suasana hening yang sedari tadi hinggap. Entah diluar masih hujan atau tidak. 
“Sampai sekarang karya apa yang paling berpengaruh dalam perjalananmu proses berkarya?”
“Waktu mama saya sakit kanker, saya setiap hari bikin macam-macam gambar yang di pajang di dinding ruang RS mama. Tulisannya : ‘Cepet sembuh ma’”
“Definetely not the best one, but that creation used to put a smile on my mom's face. And it gave her hope to getting through her bad day.”


2011

No comments:

Post a Comment