.

.
"The stars shall fade away, the sun himself grow dim with age, and nature sink in years, but thou shalt flourish in immortal youth."

Thursday, October 24, 2013

Tentang Komik

Oleh: Erang Risanto

Apa yang anda pikirkan ketika membaca komik? Lucu, menghibur, atau hal menggembirakan lainnya? Membaca komik memang menyenangkan, tapi pernahkah anda berpikir kalau komik tidak sesederhana itu? Dengan tidak bermaksud “menyederhanakan” makna kesenangan yang terkandung dalam komik, penulis mencoba untuk berbagi hal lain yang terdapat dalam komik.

Memang pada mulanya komik berkaitan dengan segala sesuatu yang lucu, karena ketika dirunut dari segi epitimologis, komik berasal dari kata komikos (Bahasa Yunani kuno) yang berarti ‘bersuka ria’ atau ‘bercanda’. Atau kalau dirunut dari bahasa Belanda, ditemukan kata komiek yang berarti ‘pelawak’. Namun kembali lagi ke persoalan awal, apakah komik ‘hanya’ sekedar mengejar kelucuan semata? Adakah hal lain selain lucu? Tentu ada.

Beberapa uraian ‘serius’ tentang komik berikut ini mungkin bukan hal baru, namun paling tidak menunjukkan bahwa komik tidak sekedar lucu dan sambil lalu.

Komik telah menjadi perhatian serius dari berbagai kalangan. Sekitar tahun 1957, di barat telah lahir suatu pemikiran yang dipelopiri oleh F. Lacassin yang mempelopori “seni kesembilan” di mana komik termasuk di dalamnya. Di Perancis sejak tahun 1958, E. Morin, seorang sosiolog, muncul di antara orang-orang yang membela komik di majalah Le Nef. Berkat rangsangan F. Lacassin dan sineas Alain Resnais pada tahun 1962 dibentuk Klub Komik yang pada tahun 1964 berkembang menjadi Centre d’Etudes des Litteratures d’ Expression Graphique (C.E.L.E.G) atau Pusat Kajian Sastra Grafis. Berbagai komik diterbitkan kembali sehingga komik juga memiliki sejarawan, ahli estetika sampai ahli tafsir walau masih banyak para moralis dan pendidik menganggapnya sebagai ”racun”.



Apa yang dilakukan oleh para pelopor itu membuahkan hasil di periode tahun 1990an. Di Perancis komik untuk kalangan dewasa berkembang pesat. Survey tahun 1993, 4 dari 10 orang Perancis usia 25-44 th membaca komik. Sepertiga dari 675 judul yang dipublikasikan di Perancis th 1992 ditujukan untuk kalangan dewasa.

Dan bukan hanya di benua Eropa, di benua lain termasuk Asia, komik bukan hal yang sembarangan. Jepang misalnya. Negara matahari terbit ini memandang komik sebagai hal yang serius mengingat efek komik yang cukup hebat. Sebagai contoh, periode tahun 1980 sampai pertengahan 1990an, Jepang gencar memroduksi komik sepak bola yang bercerita tentang kehebatan sepak bola Jepang. Padahal pada masa itu sepak bola Jepang kurang baik. Efeknya, tahun 1994, Jepang mampu lolos ke Piala Dunia dan banyak pemain Jepang yang merumput di Eropa. Bisa dibilang, komik juga turut serta dalam menyukseskan program pemerintah. Terakhir Jepang mencoba turut serta dalam memecahkan misteri tentang Atlantis dalam komik Illiad.

Komik "Monster" dan "21st Century Boys karya Urasawa Naoki
Keseriusan komik juga bisa dilihat dari bobot cerita yang dimunculkan. Komik ‘Monster’ karya Urasawa Naoki misalnya. Dalam komik itu secara detail memperlihatkan konflik pra dan pasca runtuhnya tembok Berlin dengan pengambilan fokus panti asuhan sebagai tempat cuci otak anak-anak yang benar-benar terjadi dalam sejarah. Dari penggambaran setting, alur, dan logika cerita tampak bahwa Urasawa Naoki tidak sembarangan dalam membuat komik ini. Bahkan komik fiksi yang full imajinasi seperti, Dragon Ball dan Doraemon pun tidak dibuat dengan sembarangan. Tidak asal menjual lucu dan menarik, namun juga kesesuaian alur dan logika cerita yang bisa dikaji dengan teori modern yang ada.

Dari segi ekonomi, komik juga telah menjadi sebuah industri yang menjanjikan. Selain industri komik dalam bentuk buku itu sendiri, cerita-ceita komik populer telah diangkat ke industri perfilman yang tentu saja menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit.

Kiri: Daging Tumbuh, Kanan: Komik karya Yudha Sandy

Perlu disadari bahwa komik adalah sarana komunikasi dari komikus kepada khyalak. Sebagai alat komunikasi, tentu ada pesan tertentu yang tersampaikan baik itu secara eksplisit atau implisit. Perlu disadari juga bahwa komikus adalah seniman yang ideologinya kadang berseberangan dengan jalur mainstream. Jalur mainstream dalam hal ini adalah komik yang diterbitkan dan diproduksi secara massal serta dipasarkan di tempat-tempat yang memang dikhususkan untuk menjual komik, seperti took buku. Seniman jalur ini memilih jalan untuk menyampaikan komik ideologinya dengan mengandalkan pameran dan relasi antar indie komik. Ambillah contoh DagingTumbuh dan Mulyakarya di Yogyakarta yang konsisten dengan jalur indie ini.

Potensi komik yang cepat diserap oleh berbagai kalangan juga tidak luput oleh perhatian pemerintah. Tidak jarang komik dijadikan media propaganda pemerintah. Ambil contoh komik Janur Kuning yang diterbitkan di masa pemerintahan Orde Baru. Di komik itu disebutkan peran mantan presiden Suharto cukup menonjol dalam terjadinya Serangan Umum Satu Maret, yang berhasil memengaruhi persepsi pembaca bahkan persepsi rakyat Indonesia.

Komik karya Benny dan Mice
Hal lain yang bisa diperbincangkan dalam komik adalah muatan isi komik. Penulis pernah melakukan penelitian terhadap komik kartun Jakarta Luar Dalem karya Benny & Mice. Dari penelitian itu, penulis menganalisis tiap cerita dengan pendekatan kritik sastra. Dengan berdasar teori kritik sosial dari Soerjono Soekanto, penulis meneliti elemen komik yang dijadikan sarana penyampaian kritik oleh Benny & Mice.

Jadi …
Nyatalah komik bukan hanya sekedar mengumbar gambar lucu, menyenangkan, mengundang tawa, namun ada hal lain yang bisa di’seriusi’ dari sebuah komik. Sebagai sebuah kajian, komik memiliki banyak aspek untuk terus digali, karena komik merupakan gejala kebudayaan yang kompleks. Sehingga anggapan bahwa orang dewasa yang membaca komik adalah orang dewasa yang kenanak-kanakan, harus dibuang jauh-jauh. Karena komik selalu menarik. Kalau toh pada akhirnya ada yang memilih komik sebagai media hiburan semata pun itu hal yang lumrah dan sah. Karena seni (dalam bentuk apapun) pada akhirnya akan menyentuh soul apresiator.

Selamat membaca komik.

No comments:

Post a Comment