Jumat malam lalu Pusat Dokumentasi Sastra, H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta cukup ramai. Malam itu GoodNews Film mengadakan sebuah acara bertajuk Amuk – Sutardji, “DANGERDOPE membunyikan arsip pembacaan puisi Sutardji Calzoum Bachri tahun 1976.”
“Acara ini berawal dari program Hibah Karya! yang merupakan suatu hibah yang bertujuan membuka akses seluas-luasnya kepada publik terhadap arsip koleksi anggota JABN untuk diteliti dan digunakan, dan meningkatkan kesadaran publik untuk memanfaatan arsip. Sejak pertengahan 2011 JABN membangun kapasitas dari keikutsertaan organisasi untuk dapat mengimplementasikan sistem pengarsipan digital.” Kata Shirley, salah seorang panitia penyelenggara acara tersebut.
“Dalam kesempatan ini kita menggunakan arsip suara pembacaan puisi Sutardji Calzoum Bachri tahun 1976 milik Dewan Kesenian Jakarta, yang kemudian kami respon untuk dijadikan sebuah karya baru."
"Dalam karya baru ini kami akan menampilkan DJ Rencong a.k.a. DANGERDOPE yang menciptakan 12 track lagu, merespon arsip tersebut dimana Sutardji membacakan puisi-puisinya yang tergabung dalam kumpulan sajak ‘Amuk’ yang diciptakan olehnya dalam rentang tahun 1973-1976. Karya ini akan dikemas menjadi sebuah film yang disutradarai oleh Ari Rusyadi. Film ‘Amuk-Sutardji’ dijadwalkan untuk rampung dan tayang perdana pada Desember 2013 ini.”
“Dalam kredo puisinya yang tersohor, Sutardji Calzoum Bachri pernah menulis bahwa “kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.” Ia membebaskan kata dari maknanya, karena ia percaya bahwa dengan melakukan hal tersebut, kreativitas lalu dimungkinakan untuk terjadi. Puisinya pada periode ‘Amuk’ sarat dengan permainan kata. Poin inilah yang lalu direspon oleh DANGERDOPE melalui musik yang ia geluti, hip hop.” Lanjutnya.
Dan, setelah cukup lama menunggu, sekitar pukul 8 malam, akhirnya Sutardji tiba. Pria kelahiran 24 Juni 62 tahun lalu ini mengenakan jaket denim berwarna hitam dan topi yang merupakan ciri khas beliau. Kemudian penonton dipersilahkan masuk ruang pertunjukan yang sudah diset begitu apik. Menyesuaikan dengan momen pembacaan puisi Sutardji tahun 1976—yang kemudian diarsipkan—pada acara ‘Amuk – Sutardji’ malam itu, sekitar satu jam DANGERDOPE akan memainkan set-nya dengan beberapa equipment yang populer pada masa itu, seperti kaset, boombox, vinyl serta turntable. Penyelarasan lain datang dari Iyobeserta tim artistiknya yang merespon secara visual permainan musik DANGERDOPE melalui proyeksi dari OHP (overhead projector) yang menggunakan teknik biosampler.
2013
No comments:
Post a Comment