Tentang Film
Film Naga Yang
Berjalan Diatas Air merupakan sebuah film feature dokumenter
panjang yang kami produksi sebagai bagian dari proses perekaman kronik sejarah
sosio-kultural yang ada di Kota Tangerang Selatan. Film ini bercerita tentang
kisah seorang penjaga klenteng yang bernama Kang Sui Liong di mana ia hidup
selama puluhan tahun di daerah Babakan Pocis, Tangerang Selatan bersama anak
istri dan orang-orang sekitarnya. Setiap harinya ia bertemu dengan berbagai
macam kalangan baik jemaah klenteng maupun orang-orang yang ingin
bersilaturahmi. Film ini berusaha untuk menyampaikan informasi dan sebagai
sarana untuk menyembatani kesepahaman bersama akan nilai budaya yang terkandung
di dalamnya. Perpaduan sistem religi dan budaya mendapatkan corak akulturatif
dan kaya akan ornamentasi. Perpaduan inilah yang menghidupi klenteng dengan
latar kultural berdasarkan perpaduan ketiga unsur yakni Betawi, Sunda dan
Tionghoa yang lebur secara bersamaan dalam penggalan waktu.
Produksi
Produksi film ini
berlangsung selama hampir 3 bulan (akhir November 2011- Februari 2012),
melibatkan pegiat film dokumenter dari Forum Lenteng, Jakarta dan Komunitas
Djuanda, Ciputat Tangerang Selatan. Proses produksi film ini berlokasi di
Klenteng atau Bio Kanti Sara, Babakan Pocis Desa Bhakti Jaya, Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan. Produksi film ini merupakan bagian program up-grading Akumassa
sebagai bentuk peningkatan kapasitas komunitas jejaring Akumassa yang
diprakarasai oleh Forum Lenteng. Program Akumassa adalah bagian dari program
Forum Lenteng yang memfokuskan diri pada pemberdayaan komunitas-komunitas di
berbagai daerah di Indonesia melalui pendekatan media literacy. Program
ini telah berjalan selama 3 tahun lebih dan telah melakukan pendampingan kepada
10 komunitas (Jakarta, Ciputat-Tangerang Selatan, Lebak, Cirebon, Padang
Panjang, Blora, Surabaya dan Pemenang-Lombok Utara). Aktivitas Akumassa dapat
dilihat di www.akumassa.org.
Tentang Penulis
Otty Widasari lahir
pada 1973. Ia adalah salah seorang pendiri Forum Lenteng, sebuah komunitas yang
fokus pada penelitian dan pengembangan seni video. Sejak tahun 2003 ia aktif
memberikan berbagai pendidikan alternatif dalam menggunakan video sebagai media
pemberdayaan masyarakat, lewat strategi kolaborasi yang khas, di berbagai
daerah di Indonesia. Sejak tahun 2008, ia menjadi Koordinator Program akumassa
di Forum Lenteng. Selain menjadi pengajar, ia juga aktif membuat karya video
dan film. Ia salah satu dari sedikit seniman yang secara konsisten menggunakan
video sebagai ekspresi artistiknya. Tahun 2011 yang lalu ia terlibat dalam
pameran di OK. Video - 5th Jakarta International Video Festival. Di
tahun yang sama karyanya Rumah juga dipamerkan di Entre Utopia y
Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte
Contemporaneo, Meksiko. Tahun 2008 ia menjadi salah satu finalis Indonesian
Art Award 2008, di Galeri Nasional Indonesia. Ia juga aktif dalam dunia film
Indonesia. Tahun 2008 ia merupakan salah seorang sutradara yang terlibat dalam
proyek film dokumenter 9808 bersama beberapa sutradara kenamaan Indonesia, dan
proyek film ini telah diputar di berbagai perhelatan film internasional, antara
lain di Rotterdam Film Festival pada tahun 2009 dan di tahun 2010 ia terlibat
dalam pameran ID-Contemporary ArtIndonesia di Gallery
Kunstraum Kreuzberg/Bethanien, Berlin. Di tahun yang sama, ia juga
aktif sebagai pembicara di berbagai perhelatan media baik dalam skala nasional
maupun internasional. Tahun 2010 ia menjadi pembicara tamu di Artsonje
Center, Korea Selatan, membicarakan tentang perkembangan film dan video di
Indonesia setelah Reformasi 1998. Tahun 2011 yang lalu ia menjadi salah satu
pembicara dalam forum video internasional, VIDEO VORTEX yang diselenggarakan
atas inisiasi Institute of Network Cultures, Belanda.
Tim Produksi dan
Publikasi
Sutradara: Otty
Widasari Berkolaborasi dengan Komunitas Djuanda
Asisten Sutradara: Ray
S. Kusuma
Pengarah Kamera: Saiful
Anwar
Asisten Pengarah
Kamera: Choiril Chodri, Mufti Al umam
Ide Cerita &
Periset: Renal Rinoza Kasturi
Penulis Cerita: Otty
Widasari
Editor: Mufti Al
Umam, Choiril Chodri
Manajer Lokasi: Dwi
Anggraini Puspa Ningrum
Keuangan: Jayu Juli
Astuti
Publikasi &
Distribusi: Rizky Muhammad Zein, Eni Wibowo, Imam FR Kusumaningati, dan Farabi
Ferdiansyah
Desain Grafis &
Web: Andang Kelana, Riosadja
Database &
Dukungan: Tim Redaksi akumassa
Produser: Hafiz
Didukung oleh
THE FORD FOUNDATION
Forum Lenteng adalah
sebuah lembaga studi media non-profit yang bekerja mengembangkan penggunaan
media sebagai alat pembelajaran. Forum ini didirikan oleh seniman, penulis,
periset dan mahasiswa komunikasi pada tahun 2003. Kerja Forum Lenteng berupa
produksi film dokumenter, film eksperimental, riset sejarah media dan workshop
pemberdayaan komunitas di berbagai daerah di Indonesia.
-
Jalan Raya Lenteng
Agung No. 34 RT 007/RW 02 Jakarta 12610
T/F: 021 7884 0373
Web: forumlenteng.org | akumassa.org | jurnalfootage.net | dongengrangkas.akumassa.org | visualjalanan.org
Twitter:
@forumlenteng / @akumassa / @jurnalfootage / @dongengrangkas / @visualjalanan
- – - -
Komunitas
Djuanda adalah kelompok studi berwawasan komunitas, egaliter dan kritis.
Didirikan pada 17 Oktober 2009 oleh mahasiswa-mahasiswa komunikasi/jurnalistik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat, Tangerang Selatan. Komunitas
Djuanda fokus dalam pemberdayaan media untuk masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan diskusi, penelitian, produksi dan diseminasi. Setelah tiga
tahun, Komunitas Djuanda telah menghasilkan karya-karya berbasis ‘media’ yang
didistribusikan secara mandiri melalui jurnal online Komunitas
Djuanda www.galeritangsel.com –jurnal online informasi tentang Kota
Tangerang Selatan yang dikelola oleh Komunitas Djuanda yang dibuat berdasarkan
kebutuhan masyarakat tentang beragam informasi lokal. Selain itu Komunitas
Djuanda juga melakukan kerjasama dengan berbagai komunitas dan lembaga dalam
mengembangkan kesadaran pada ‘bermedia yang baik dan sehat’ sebagai bagian dari
gerakan bersama dalam bermedia.
-
Jalan Mandor Baret
RT 01 RW 07 No. 1 Legoso Pisangan Kec. Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
15149
Twitter:
@Kom_Djuanda
Facebook: Komunitas
Djuanda
No comments:
Post a Comment