.

.
"The stars shall fade away, the sun himself grow dim with age, and nature sink in years, but thou shalt flourish in immortal youth."

Monday, May 14, 2012

LEMBARAN PUISI DI MEJA MAKAN



Artbook Exhibition.
"LEMBARAN PUISI DI MEJA MAKAN"

Kelas Pagi Yogyakarta
Jl. Brigjend Katamso
Prawirodirjan GM II / 1226
Gondomanan – Yogyakarta

19 - 26 Mei 2012

Puisi di meja makan. Saya sendiri tersenyum ketika akhirnya kita memutuskan judul ini sebagai final. Apalah arti meja makan? Saya, kamu dan banyak orang lainnya mungkin cuma menghabiskan waktu kurang 20 menit disana tiap hari (setidaknya saya, saya lebih suka makan di sofa teras). Ia menjadi bagian dari benda sehari-hari yang seperti diungkapan Heidegger, menyatu dengan kita sampai-sampai keberadannya tak disadari. Tapi jika mau dilihat dengan sudut pandang lain, meja makan bisa menjadi spesial, setidaknya dalam Legenda Raja Arthur. Ksatria meja bundar yang tenar itu dicetuskan di meja pertemuan yang juga merangkap meja makan. Konon Arthur memerintahkan mejanya dibuat bulat supaya sluruh ksatria yang bergabung didalamnya merasa setara dan diperlukan setara. Meja makan membuktikan bahwa bentuk bisa dilihat sebagai makna.Jadi, kawan marilah kita mulai berpikir bahwa yang indah, ada yang mengakrabkan di meja makan kita (walaupun meja makan kamu bentuknya mungkin persegi panjang).

Sekarang setelah kita belajar melihat bahwa meja makan itu indah (setidaknya secara konteks) kita melihat ada embel-embel puisi diatasnya. Jangan langsung berpikir soal dunia yang melankolis dan lain sebagainya. Jika kalian ingat puisi ‘Aku ini Binatang Jalang’ kita akan sadar bahwa berpuisi bisa berarti bergelegak amarah juga tapi lupakan Chairil Anwar dan penyair lainnya. Mari kita menengok pendapat Aristoteles dalam karya Poeticnya. Ia menyatakan bahwa puisi dan drama (yang akhirnya oleh para sejarawan modern dijadikan suatu bentuk pars pro- toto buat semua jenis seni) memiliki fungsi Katartik, yaitu sebagai alat untuk mencapai kelegaan jiwa, pembersihan diri, menuju sesuatu yang transenden dan absolut. Semacam self-help. 

Jadi bagaimana jka rangkaian kalimat denotasi ‘Puisi diatas meja makan’ tersebut menjadi konotasi ketika kita berhasil mengundang teman-teman desainer dan seniman dari berbagai kota untuk datang ke ‘meja makan’ dan ‘menaruh puisi’ mereka diatasnya. Tentu saja ‘puisi’ dapat diwujudkan dalam berbagai cara tapi kali ini mereka kita tantang untuk mewuudkannya dalam bentuk ‘picture book’. Bagi yang belum familiar dengan picture book, istilah itu digunakan untuk sebuah buku yang menempatkan porsi antara gambar dan teks sama pentingnya. Perbedaan dengan ilustrasi pada umumnya yang berfungsi melengkapi teks, menurut penulis Barbara Kiefer "In the best picture books, the illustrations are as much a part of the experience with the book as the written text." Tidak heran kalau picture book diidentikkan dengan bacaan ringan dan bentukannya berupa ‘basic starter book’ unntuk anak-anak.

Saya sendiri tidak setuju bahwa ‘picture’ disini adalah hal yang mudah. Ia merupakan bagian dari teks-teks yang mewujud dan merupa sehingga pembuatannya tidak hanya melibatkan pemikiran tapi juga rasa. Jadi saya senang sekali ketka teman-teman yang mengikuti ‘meja makan’ kita entah mendekonstruksi atau merevisionisi pandangan tentang picture book itu. Picture book mereka adalah sebuah tantangan untukt kita semua yang merasa visual literary, alias melek visual-nya grade A untuk belajar membaca gambar (dan mungkin juga teks) secara baru.

Dalam hal konten, seperti yang sudah disebutkan soal fungsi katartik, hampir semua dari mereka membuat picture-book ini dengan intensi tersebut. Ada cinta, kesenangan, sedih, marah, hingga kontemplasi. Beberapa dari mereka adalah penggambar yang sangat baik, yang lainnya storyteller berbakat tapi yang pasti mereka semua tidak pernah gagal untuk membuat kita terjebak dalam karya mereka. Pada akhirnya puisi di meja makan dimaksudkan sebagai sebuah meme. Ia menulari kita untuk lebih peka, lebih intim, untuk bercerita. Pameo ‘Mangan ora mangan yang penting ngumpul’ mungkin memang ada benarnya.

Riezky Putra  


ARTIST 
Toro Elmar, Syennie Valeria, Ivan Jasadipura, Agatha Vania Karina, Rizky Ramadhan, Nindita Kirana, Rega Ayundya Putri, Fransisca Retno, Rifda Amalia, Maradilla Syachnidar feat Ykha Amelz, Kara Andarini, Claudia Dian, Doni Maulista, Faisal Yeroushalaim, Anggito Rahman, Rukii Naraya, Luki, Kurniadi Widodo, Andhika Wicaksono Sasmoro, Rato Tanggela, Yerikho Iyek, Aulia Vidyarini, Isa Panic Monsta, Roby Dwi Antono, Rizal Alam, Adnan Roesdi, Pondra Gilang, Darmawan Aji, Ervin Ruhlelana, Ira Puspitaningsih, Lina Zainal, Andara Shastika.

------------------------
Dokumentasi pembukaan: Lembaran Puisi Di Meja Makan


No comments:

Post a Comment