.

.
"The stars shall fade away, the sun himself grow dim with age, and nature sink in years, but thou shalt flourish in immortal youth."

Saturday, October 29, 2011

INTERVIEW WITH IRWAN AHMETT

Oleh: Rukii Naraya


Saya hanya sedikit tahu tentang Irwan Ahmett ketika melihat (membaca) project "Never take life seriously, nobody get out alive anyway" yang berbicara tentang bagaimana pada dasarnya manusia terlahir untuk bermain. Dan saya sangat sepakat bahwa bermain bisa membawa kita ke dalam dimensi kreativitas yang menyenangkan. Kali ini saya berkesempatan untuk berbincang dengannya, sebuah perbincangan sarat pembelajaran bagi saya. Berikut sedikit perbincangan saya denganya melalui sebuah surat elektronik.

Saya penasaran dengan proses bagaimana mas Irwan menemukan konsep ini? Dari mana awal timbul pemikiran tentang permainan ini, mas?
Ada yang mengganggu dalam pikiran saya selama ini tentang konsumerisme, kekuatan kapitalnya menawarkan berbagai jalan untuk meraih kebahagiaan dengan cara yang sangat sempit, hingga sensasi kebahagiaan dijadikan alat untuk mendorong aksi diluar batas realitas kemampuan kita. Padahal kebahagiaan adalah kondisi universal yang dapat diraih dengan berbagai cara, saat ini saya percaya bahwa bermain merupakan sebuah pilihan yang mudah, murah, untuk siapa saja, dimana saja, dengan benda apa saja! 

Kemudian ketika sedang merespon kota Jakarta yang sebegitu menderitanya, apa reaksi warga ketika mengeksekusi permainan-permainan yang mas ajukan kepada mereka? ceritakan pengalamannya mas, apa kendala-kendala yang terjadi?
Tentu bermacam respon, kendala, reaksi terjadi.  Setiap project memiliki kasus yang berbeda, tergantung project mana yang dimaksud. Tapi pada umumnya mereka antusias. Minimum memahami apa yang disampaikan, maksimum mereka turut berbahagia dalam permainan saya.

Ketika mas melakukan project ini di lingkungan masyarakat umum, apakah mereka mengerti dengan apa yang mas kerjakan? Bahwa hidup memang harus di bawa santai..
Gagasan yang di tawarkan selalu dirancang sesederhana mungkin supaya mudah dipahami hingga 'negosiasi' dengan publik menjadi lebih mudah.
Saya tidak mendorong mereka untuk santai dalam menjalani hidup namun menawarkan untuk memilih sisi positif yang menyenangkan dari sebuah peristiwa 'ironis' di wilayah spesifik. 

Sekarang bekerja dimana, mas? sebagai desainer di sebuah perusahaan? Jika ya, sebagai seorang desainer, pasti tidak jauh-jauh dari yang namanya deadline, pekerjaan yang menyita waktu, lalu ketika melakukan project di atas tadi bisa dibilang itu menjadi salah satu penghilang stres juga. kemudian apakah selama bekerja mas selalu mencari-cari bentuk permainan-permainan baru sebagai penghilang penat tadi? atau apakah setiap pekerjaan adalah permainan bagi mas Irwan?
Sebelas tahun yang lalu saya mendirikan studio Ahmett Salina dan sejak bulan April 2011 sampai tulisan ini dimuat saya tidak memiliki pekerjaan. Saya memutuskan cuti selama satu tahun.
Tujuan saya bermainan bukan hanya dilakukan sewaktu bekerja tapi saya sedang mencoba untuk menerapkan dalam kehidupan yang sesungguhnya. Karena pekerjaan adalah rutinitas dan rutinitas adalah tirani bagi kreatifitas.
Bekerja itu tidak menyenangkan maka bermainlah :D

Oh iya, saya juga mendengar (membaca) bahwa Mas berkesempatan untuk residensi di Den Haag, boleh tau ada cerita apa disana?  Tentunya dengan keadaan disana berbeda dengan apa yang mas temukan di Jakarta.
Berkreasi di luar negeri tentu memiliki tantangan sendiri terutama dari faktor budaya juga dibutuhkan usaha yang lebih besar untuk meyakinkan publik tentang rencana kita.
Di Belanda saya tetap melakukan intervensi permainan kepada publik.
Saya membuat 3 project di Den Haag dan setiap project memiliki karakter yang berbeda namun umumnya kesulitan yang dialami adalah ketatnya regulasi di ruang publik dan CCTV mengawasi setiap gerak gerik kita, sehingga semua project tersebut harus dilakukan dengan risiko ditangkap pihak berwenang. Sementara di Indonesia kita punya kebebasan, seburuk-buruknya saya berurusan dengan preman pasar :) 

Sebagai seorang desainer, mengapa mas tertarik dengan dunia seni video? apa yang dirasakan perbedaannya?
Bukankah misi seorang desainer adalah menyampaikan pesan dengan sebaik-baiknya?
Saya akan memakai media apa saja untuk 'mengemas' sebuah karya agar diterima dengan baik oleh publik. Tidak ada batasan lagi media yang digunakan, baik video ataupun object lainnya.
Video hanyalah alat dokumentasi terbaik yang ada saat ini, namun saya percaya permainan yang telah dilakukan memberikan pengalaman mendalam bagi para partisipan yang terlibat. Hal tersebut jauh lebih penting dari sekedar video yang dilihat.  

Seorang teman berkata pada saya, bahwa Desain dan Fine Art itu dua hal yang tidak bisa dicampurkan, bagaimana menurut mas? sebab mas sebagai seorang desainer, tapi juga tertarik di dunia seni video...
Wah sebaiknya teman kamu suruh pindah jurusan ke Marketing, :D
Pembatasan desain dan fine art hanya membuat mentalitas kita terkubur seperti romantika desainer pabrikan yang dihasilkan lulusan universitas populer.
Bukankah sebuah perubahan menjadi lebih berguna terjadi ketika hal-hal terbaik bergabung menjadi satu.  

Kapan pertama kali mas berkenalan dengan dunia seni? apa yang membuat Mas Irwan akhirnya memilih terjun ke dunia ini? mungkin ada pengalaman yang menarik yang bisa di ceritakan di sini...
Sampai detik inipun saya tidak pernah berpikir ingin menjadi seorang seniman. Saya hanyalah manusia yang mencoba menemukan jawaban atas segudang pertanyaan yang menghantui hidup saya. Kalaupun ada Pengalaman efek dari sebuah karya seni yang 'berpengaruh' hingga sekarang adalah sewaktu kecil rumah saya bersebelahan dengan toko kaset, setiap hari mereka memutar lagu kampungan 'Madu dan Racun'. Dewasa ini baru saya sadari lagu tersebut berpengaruh terhadap pikiran bawah sadar tentang hal baik dan hal buruk yang setiap hari berada di depan mata, tidak pernah tahu mana yang terbaik sebelum kita mengalaminya. 

Irwan Ahmett

No comments:

Post a Comment